Hikmah Gravitasi Langit dan Bumi
Hikmah Gravitasi Langit dan Bumi
Letmi Dwiridal
letmidwiridal@gmail.com
Staf Pengajar Jurusan Fisika
Universitas Negeri Padang
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui thabi’ah gravitasi Langit dan Bumi berdasarkan kajian literatur : teori dan penelitian fisika tentang gravitasi Langit dan Bumi selanjutnya memahami hikmahnya berdasarkan penjelasan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dari kajian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa : “Satu-satunya agama yaitu Islam dimana dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT ada kaitan dengan keteraturan alam semesta (Langit dan Bumi) yang telah diciptakanNYA”. Keteraturan tersebut seperti: gravitasi, garis edar, waktu dan airdalam pelaksanaan ibadah Sholat (dengan gravitasi garis edar matahari,bulan dan bumi menjadi teratur sehingga dapat menentukan dan menghitung waktu sholat dan dengan Air digunakan untuk berwuduk sebelum sholat serta dalam gerakan sholat ada gerakan berdiri, rukuk dan sujud yang semuanya itu ada pengaruh gravitasi pada kerja jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh).
Kata kunci : Gravitasi, Thabi’ah, Hikmah
1. Pendahuluan
Rumusan Masalah
- Bagaimanakah definisi dari Thabi’ah Fisika ?
- Bagaimanakah Thabi’ah Fisika tentang Awal Penciptaan Alam Semesta?
- Bagimanakah Thabi’ah Fisika tentang Alam Semesta Bergerak Meluas ?
- Bagaimanakah Thabi’ah Fisika tentang Akhir Alam Semesta ?
- Bagaimanakah Thabi’ah Fisika tentang Hikmah Gravitasi Langit dan Bumi ?
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk memahami thabi’ah gravitasi langit dan bumi berdasarkan kajian literatur teori dan penelitian fisika tentang gravitasi. Penulisan makalah ini juga sebagai pedoman atau informasi bagi masyarakat fisika dan khalayak umum dalam memahami thabi’ah dan hikmah gravitasi langit dan bumi berdasarkan penjelasan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Manfaat Penulisan
- Mengetahui definisi thabi’ah dan hikmah gravitasi Langit dan Bumi
- Mengetahui thabi’ah dan hikmah gravitasi Langit dan Bumi dalam kaitannya dengan pelaksanaan ibadah pada Islam
- Memperkuat Iman dan Taqwa kepada Allah SWT sebagai pencipta alam semesta (langit dan Bumi) melalui ilmu thabi’ah gravitasi
Pemetaan Materi Pembahasan
1.1. Awal Penciptaan Alam Semesta
Fisika dinamakan ilmu “thabi’ah” (watak) yaitu Pendekatan ilmu dan pemahaman akal manusia untuk mempelajari watak keteraturan alam.Fisika dikembangkan berdasarkan fakta dan data, dari fakta dan data tersebut ditemukan rumus-rumus empiris fisika. Bahasa dalam mengungkap watak keteraturan alam tersebut dinamakan rumus empiris fisika (Letmi Dwiridal, 2017, Hikmah mekanika gravitasi, Prosiding SEMINAR NASIONAL Bidang Fisika ISBN : 978-602-50593-08). Banyak thabi’ah fisika serta hikmah yang dapat dipelajari dari Al-Qur’an. Khusus tentang alam semesta (alam nyata : langit dan bumi) dapat dipelajari dengan fisika. Allah SWT ( Subhaanahu Wa Ta’aalla) memerintahkan agar manusia memperhatikan dan meneliti (menalar) kejadian langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Memikirkan ciptaan Allah SWT dan bukan Dzat Allah SWT, karena yang dapat dipikirkan dan diteliti adalah semua ciptaanNYA saja. Allah SWT Yang Maha Esa tidak serupa dengan suatu apapun (tidak sama dengan makluk ciptaanNYA). Kesemuanya itu dilakukan untuk mengetahui dan melihat sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT, kebenaran Rasulullah Muhammad SAW(Shallallaahu‘AlaihiWasallam) dan kebenaran Al-Qur’an. Allah SWT mengisyratkan pengertian ini dalam Al-Qur’an :
“Katakanlah dan Perhatikanlah (dengan teliti), apa yang ada di langit dan yang ada di bumi…” (Q.S. Yunus :101) Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami dari segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bahwa Al-Qur’an itu benar..(Q.S Fussilat 41:53) |
Ayat ini membuka pintu pemahaman bagi manusia, apa yang dimaksud oleh Allah SWT dengan kalimat “KULINZURUU MAZAPIS’ SAMAWATI WALARDHI (katakanlah dan perhatikanlah (telitilah, pelajarilah, analisalah) semua yang ada di langit dan di bumi).
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menjelaskan tentang mekanisme awal kejadian alam semesta, proses yang terjadi saat ini dan mekanisme tentang berakhirnya alam semesta itu. Teori-teori yang dikemukakan para ahli fisika dunia saat ini tentang alam semesta seperti ; teori Big Bang, teori alam mengembang, Teori kehancuran/akhir alam semesta, dan sebagainya. Semua teori tersebut pada dasarnya sudah diberitahukan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Jadi dengan mempelajari dan memahami ayat-ayat dalam Al-Qur’an khususnya ayat-ayat tentang alam nyata (Langit dan Bumi), InsyaAllah sungguh banyak hikmah-hikmah yang kita peroleh. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan Hikmah diantaranya disebutkan bahwa :
“Allah akan menganugrahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah tersebut, ia benar-benar telah dianugerahi kebaikan yang tak terhingga. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dan memahami hal ini).” (Q.S. Baqarah :269) |
Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (Q.S.An-Nahl :125)
Ulama tafsir umumnya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hikmah adalah pengetahuan, pemahaman dan penerimaan yang luas dan benar dalam agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah Muhammad SAW.
Ketetapan Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk disebut Sunatullah, Ketentuan Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk yang berkaitan dengan usaha dan do’a disebut Qadar,sedangkan pendekatan pemahaman akal manusia melalui ilmu pengetahuan tentang keteraturan alam semesta yang telah diciptakan oleh Allah SWT disebut Thabi’ah alam (ilmu watak keteraturan alam). Sunatullah, Qadar dan Thabi’ah alam yang ditetapkan oleh Allah SWT Yang Maha Pencipta, Maha kuasa dan Maha kehendak.
Beberapa fakta-fakta ilmiah tentang thabi’ah alam dalam fisika dapat dilihat dari : keterbatasan teori Fisika tak mungkinolehCarnot yaitu efisiensi mesin tak mungkin mencapai 100 %, keterbatasan teori Fisika tak pasti oleh Heseinberg yaitu pengukuran posisi dan momentum partikel tak pasti, keterbatasan teori Fisika relatif oleh Einstein yaitu ruang dan waktu itu tak mutlak tetapi adalah relatif, keterbatasan teori Fisika probability kuantum oleh Schrodinger yaitu keadaan suatu partikel tidak dapat ditentukan secara pasti tetapi hanya dapat ditentukan dalam bentuk peluang keadaannya. Itulah bukti keterbatasan pendekatan akal manusia dalam memahami thabi’ah alam.
Setelah dilakukan kajian dan analisis terhadap gravitasi, maka dapat dipahami bahwa Al-Qur’an telah lebih dahulu menjelaskan fenomena gravitasi. Hal ini dapat diketahui melalui teori ilmiah tentang awal terbentuk alam semesta Big Bang (kompresi gravitasi), alam semesta bergerak menjauh/meluas (gravitasi melemah) dan gambaran nanti tentang kiamat (gravitasi tidak ada lagi). Semua rangkaian peristiwa tersebut adalah atas Kuasa dan Kehendak Allah SWT yang Maha Pencipta Alam Semesta, dan itulah bukti keistimewaan Al-Qur’an sebagai Wahyu Allah SWT.
Gambar 1.1 ; Hikmah Mekanika Gravitasi., Prosiding SEMINAR NASIONAL Bidang Fisika (Letmi Dwiridal, 2017, ISBN : 978-602-50593-08)
Dengan adanya penelitian dan pengamatan melalui observatorium serta satelit ruang angkasa Tahun 2005, diperoleh kesimpulan “Teori Big-Bang” (Teori Dentuman super Dahsyat) bahwa Alam semesta itu bermula dari satu bintang. Tahun 2005 Paul Davies ; meluncurkan satelit astronomi ke ruang angkasa dengan dibekali alat : (COBE) Cosmic Background Emission Explorer dan sampai dengan sekarang, prinsip kosmologis telah berhasil dikonfirmasikan melalui pengamatan pada radiasi latar mikrogelombang kosmis, sisa ledakan. Konsepsi inilah yang paling diterima oleh ahli kosmologi yang menggambarkan bahwa alam semesta terbentuk melalui mekanisme ledakan. Teori ilmiah inilah yang telah terbukti dengan teknologi modern dan yang paling diterima para ahli fisika dunia di abad modern. Sedangkan dalam Al-Qur’an telah diberitakan sekitar hampir 1.500 tahun yang lalu dalam (QS.Al-Anbiyaa: 30).
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan antara keduanya; dan dari air Kami (Allah) jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S.Al-Anbiyaa: 30) |
Keterangan yang diberikan Al-Qur’an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam waktu tertentu. Peristiwa “Big Bang”, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 13,8 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern di abad 21 M ini, namun dalam Al Qur’an sudah diberitakan pada abad 6 M yang lalu.
Para peneliti berpendapat, seharusnya ada sisa-sisa radiasi dari hasil Big Bang, dan tidak lama setelah itu beberapa peneliti lain menemukan sisa radiasi ini yang ternyata berhamburan di seluruh jagat raya ini berupa sisa-sisa sinar cosmic yang ditimbulkan dari suatu ledakan maha dahsyat. bukti lainnya terdapat pada total kandungan Hidrogen dan helium yang tersebar di seluruh jagat raya, jika alam semesta tidak memiliki awal, seharusnya Hidrogen telah menghilang dari alam semesta ini diakibatkan perubahan atom dari atom hidrogen menjadi atom helium. Ini bukti yang ditemukan teori Big Bang telah dapat diterima oleh masyarakat ilmiah di seluruh dunia dan sesuai dengan apa yang telah diberitakan Allah SWT dalam Al-Qur’an, yang diturunkan sekitar hampir 15 abad silam.
Gambar 1.2 ; Mukjizat Al-Qur’an Surat Al-Anbiyaa ayat 30 : “ Penciptaan alam semesta oleh Allah SWT dengan rancangan Yang Maha Sempurna”
Saat dimana manusia tidak ada yang mengetahui bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori big bang menyatakan bahwa alam semesta (langit dan bumi) itu dulunya satu, kemudian pecah menjadi seperti sekarang ini. Kemudian lagi juga terbukti secara ilmiah ternyata benar segala yang bernyawa/hidup mengandung air serta membutuhkan air. Bahkan kesimpulan ilmiah menyatakan bahwa keberadaan air adalah suatu indikasi adanya kehidupan di suatu planet misalnya planet bumi dan tanpa air mustahil ada kehidupan dan inilah suatu bukti kebenaran Al-Qur’an. Satu sifat khas air yang tidak dimiliki oleh zat lain atau yang dikenal dengan sifat anomali air dalam fisika. Misteri air terungkap ketika para ilmuwan fisika mempelajari tentang suhu dan kalor. Mereka mengamati, bahwa semua zat akan memuai (mengembang) jika dipanaskan. Tetapi air mempunyai keanehan dalam hal ini. Air ternyata malah menyusut jika dipanaskan dari suhu 0 ke 4 derajat Celsius.
Ketika air menyusut massa air tetap, sedangkan volumenya berkurang, sehingga massa jenis air akan bertambah. Ingat massa jenis = massa : volume. Sifat anomali air adalah keanehan air yang menyusut ketika dipanaskan antara suhu 0 sampai 4 derajat Celsius. Massa jenis air terbesar diperoleh pada suhu 4 derajat Celsius, karena pada suhu ini air memiliki volume yang paling kecil. Jika air didinginkan dari 4 derajat Celsius ke 0 derajat Celsius maka volume air akan mengembang. Semakin menuju ke 0 derajat celsius, semakin kecil masa jenis air. Inilah salah satu jawaban, kenapa es mengapung di air. Jadi es mengapung di air kerena massa jenis es lebih kecil dari massa jenis air.
Setiap benda yang dipanaskan akan memuai, volumenya akan bertambah besar. Dengan masa (berat) yang tetap dan volume yang bertambah besar maka masa jenis benda yang dipanaskan akan berkurang atau menjadi lebih ringan. Sebaliknya benda yang di dinginkan akan menyusut, volumenya akan mengecil dan masa jenisnya akan bertambah besar. Bekurangnya volume benda yang didinginkan setiap pengurangan suhu tidaklah sama besarnya pada setiap benda. Khusus pada air, berkurangnya volume karena penurunan suhu mengalami kelainan pada saat suhu mencapai 4 derajat Celcius, pada saat itu volume air tidak menyusut lagi malah bertambah besar, inilah yang dinamakan anomali air. Air memiliki fenomena luar biasa. Wajar jika Ahli fisika Stephen Hawking menjadi Profesor di University of Cambridge tahun 2009, meneliti secara khusus tentang air. Ia berhasil mengembangkan science melalui teori air. Karyanya berjudul A. Brief History of Time telah menjadi best-seller dan kemudian mendapatkan Nobel dari pegiat ilmu dunia. Ia menemukan, salah satunya tentang teori fisika air. Dalam sebuah catatan yang ditemukannya, ia menyebut bahwa air adalah hidup dan ditujukan untuk kepentingan kehidupan seluruh makhluk hidup. Air yang hidup dan menghidupkan itu, diteliti dia, ternyata karena air memiliki salah satu tipikal khusus yang disebutnya dengan anomali. Air bukan benda biasa. Ia luar biasa berbeda dengan jenis benda atau apapun yang ada di alam ini.
Dalam kasus dinamika kulit bumi misalnya air dan gravitasi ikut berperan dalam terjadinya deformasi kerak bumi. Indikasi deformasi ini dapat kita rasakan ketika terjadinya gempa bumi. “bila ada gaya eksternal atau gaya luar persatuan volume, dan gaya tersebut dapat bersumber dariaktivitas magma atau gravitasi, maka elemen medium pada bumi mengalami deformasi” (Letmi Dwiridal, 2013) : Analisis parameter elastisitas batuan gempabumi Sumatera tahun 1995-2010 dengan metode Wadati , Prosiding Seminar Nasional bidang Fisika, ISBN : 978-602-98559-2-0.Gempabumi dan juga letusan gunungapi merupakan kegiatan yg bersifat dinamik yang ditandai oleh deformasi kulit bumi. Namun gempa sangat sulit diprediksi dan gempa bersifat lebih mendadak ketimbang Gunung Api. Namun keduanya sangat dipengaruhi oleh gravitasi bumi atau gravitasi benda langit pada saat itu. Peristiwa gempa bumi dapat terjadi dari patahan batuan kulit bumi oleh gaya-gaya (termasuk gaya gravitasi) yang dikumpulkan secara perlahan-lahan, dam gempa bumi juga dapat terjadi apabila stress shear yang mengakibatkan gaya-gaya tersebut melebihi kekuatan (strength) batuan sehingga terjadi deformasi. (Letmi Dwiridal, 2012): Analisis parameter elastisitas batuan dengan metoda Wadati untuk data gempabumi 1995-2005, jurnal Eksakta Volume 1 tahun XIII, Februari 2012 ISSN 1411-3724 Universitas Negeri Padang. Sudah cukup banyak teori yang memperlihatkan adanya hubungan antara terjadinya gempa-gempa besar dengan pasang surut (tide). memang tidak selalu kondisi pasang-surut maksimum menyebabkan terjadinya gempa. hanya saja pada saat bulan purnama dan saat bulan mati peluang terjadinya gempa sangat besar. Jadi dalam kasus gempapun gravitasi mempunyai pengaruh.
1.2. Alam Semesta Bergerak Meluas
Al-Qur’an menjelaskan tentang pergerakan bintang-bintang di alam semesta. Penemuan pergerakan menjauh dari bintang–bintang ini terindikasi berdasarkan pergeseran spektrum bintang kearah merah (spectrum panjang gelombang panjang). Pada abad 20 Edwin Hubble menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya. Lemaître mengamati bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita, semakin cepat pergerakan kearah panjang gelombang panjang maka gerakan untuk menjauhnya atau gerakan mengembangnya alam semesta itu semakin cepat pula. Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa alam bergerak meluas (mengembang) :
Dan langit itu Kami (Allah) bangun dengan kekuasaan Kami dan sesungguhnya, Kami benar-benar meluaskannya.(Q.S.Az-Zariyat:47). Dia (Allah) meninggikan bangunannya (langit) lalu menyempurnakannya, (Q.S.An-Naziat: 28) |
Sehubungan dengan alam meluas tersebut, fisikawan Alexander Friedmann juga secara teoritis menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan dengan hasil pengamatan bahwa radiasi spektrum biru ke spektrum merah yang berarti bintang-bintang terus bergerak saling menjauhi. Bintang-bintang terus bergerak menjauhi satu sama lain dan ini berarti alam semesta tersebut “mengembang”. Mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan yang tinggi. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup. Bintang-bintang dilangit, mengalami gerak menjauh (kecepatan radial) dan gerak sejati (proper motions), dalam detik busur pertahun. Bintang mengalami gerak ruang yaitu gerak dengan kecepatan radial dan kecepatan tangensial. Akibat bintang bergerak ini maka koordinat bintang perlu dikoreksi sekitar (30-50) tahun sekali. Pada gerak saling menjauhnya bintang-bintang ini juga pengaruh gravitasi bintang yang cendrung berkurang (melemah) akibat konversi massa bintang menjadi energi radiasi cahaya.
Gambar 1.3 ; Mukjizat Al-Qur’an Surat Az-Zariyat ayat 47: “ Allah SWT menciptakan alam semesta dan meluaskannya “ dan baru terbukti secara ilmiah di abad 20
Kesimpulan fisika yang diperoleh bahwa bintang bergerak menjauh atau alam semesta mengembang/meluas, hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan langit itu Kami (Allah) bangun dengan kekuasaan Kami dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (Q.S.Az-Zariyat:47). Al-Qur’an telah memberitakan pengembangan atau meluasnya alam semesta ini sekitar hampir 1500 tahun yang lalu, jauh sebelum para ilmuwan menemukannya. Sungguh…Mahabenar Allah SWT dengan segala firman-Nya.
1.3. Akhir Alam Semesta
Bagaimana kejadian yang digambarkan Al-Qur;an tentang akhir alam semesta/kiamat ?. Al-Qur’an telah menjelaskan mekanisme yang akan terjadi saat akhir alam semesta /kiamat.
Hari Kiamat, Apa itu hari Kiamat, Tahukah kamu Kiamat itu, Pada hari kiamat itu manusia seperti anai-anai terbang, Dan saat kiamat itu gunung-gunung seperti kapas beterbangan (Q.S. Al-Qari’ah:1-5). Ingatlah pada hari ketika, bumi dan gunung-gunung berguncang keras dan jadilah gunung-gunung itu seperti pasir bertaburan. (Q.S.Al-Muzzammil:14). Apabila bumi diguncang dengan guncangan yang dahsyat dan bumi mengeluarkan beban-bebanya yang berat (yang dikandungnya). (Q.S.Az-Zalzalah:1-2). Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan (Q.S.Al-Infitar : 2). Dan apabila bintang-bintang berjatuhan (Q.S.At-Takwir : 2). |
Jika dianalisa secara ilmiah, kiamat akan terjadi jika Allah SWT berkehendak menghilangkan gravitasi. Banyak Ilmuwan muslim mengembangkan ilmu pengetahuan dengan pengamatan Langit dan bumi terinspirasi dari ayat-ayat Al-Qur’an. Islam sangat mendorong dan menyuruh umatnya untuk mempelajari ilmu alam (sains) termasuk ilmu Fisika diantaranya mekanika gravitasi langit dan bumi.
Ilmuwan muslim Al-Biruni (973 M) dan Al-Kazini (1045 M), telah mempelajari ilmu gravitasi yang terinspirasi dari ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara karyannya termasuk gaya berat dan energi potensial gravitasi. Setelah ilmuwan muslim tersebut, maka Newton (1727 M) melanjutkan pembahasan tentang gaya gravitasi atau hukum gravitasi umum. Persamaan gravitasi umum dalam : Trianta, Alexander, (2000), Mekanika, Quality for Undergraduate Education (QUE), Project Departement of Physics Faculty of Mathematics and Natural Sciences, dinyatakan dengan persamaan berikut :
Albert Einstein (1955 M) dengan teori tiga dimensi gaya gravitasi dalam bentuk kelengkungan ruang waktu. Stephen William Hawking, (2011 M) : alam semesta ini berawal dan berakhir melalui konsepsi gravitasi “keteraturan alam semesta ini akan berakhir ditandai dengan hilangnya gravitasi” artinya ketika tidak ada lagi gravitasi. Manusia dan gunung berterbangan, bumi mengeluarkan isi yang dikandungnya serta bintang-bintangpun berjatuhan karena tidak ada lagi gravitasi . Gambaran ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Penulis dalam Seminar Nasional perguruan tinggi negeri wilayah barat (Sumatera, Jawa dan kalimantan) bidang Fisika tahun 2017, telah menyampaikan argumentasi ilmiah tentang mekanika gravitasi bahwa “ gravitasi sangat eksis pada mekanisme keseimbangan alam dalam interaksi tarik menarik benda-benda alam semesta (langit dan bumi). Hal ini secara ilmu fisika dapat dibuktikan melalui persamaan dan gambaran jika gravitasi tidak ada (G=0) maka benda-benda yang mengintari bumi lepas/berterbangan seperti gambar (1.4) berikut :
Gambar 1.4 ; Hikmah Mekanika Gravitasi. Prosiding SEMINAR NASIONAL Bidang Fisika (Letmi Dwiridal, 2017, ISBN : 978-602-50593-08)
Saat Kiamat/Gravitasi tidak ada lagi, secara matematika fisis rumus fisika tidak berlaku lagi, karena G=0 maka F=0. Jadi sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad sekarang ternyata telah dinyatakan dalam Al Qur’an hampir sekitar 1500 tahun lalu pada (Q.S. Al-Qari’ah:1-5, Q.S. Al-Muzzammil:14, Q.S. Az-Zalzalah:1-2, Q.S. Al-Waqi’ah:4-6, Q.S.Al-Infitar : 2, Q.S.At-Takwir : 2). Secara lengkap peristiwa yang terkait dengan peristiwa kiamat, sebagai akibat dari kehendak dan kuasa Allah SWT mencabut/menghilangkan gravitasi dapat dibaca gambar bagan berikut :
Gambar 1.5 ; Mukjizat Al-Qur’an : “ Jika Allah SWT berkehendak kiamat maka alam semesta hancur dan keteraturan alam tidak ada lagi “ dan Rasional kehancuran ini sesuai dengan ilmu pengetahuan Fisika di abad 21
Apabila kita renungkan kembali saat Al-Qur’an diturunkan 15 abad sebelumnya, rasional kehancuran/kiamat yang dijelaskan diatas, belum sesuai dengan rasional manusia tentang kehancuran/kiamat saat itu sedangkan Al-Qur’an telah menjelaskan lebih dahulu. Rasional manusia tentang kehancuran/kiamat saat itu mungkin saja digambarkan dengan ; banjir besar manusia tengelam, topan, badai dan hujan batu, gempa besar dan tanah rengkah serta manusia tengelam kedalam rengkahan tanah, dan sebagainya. Semua kehancuran tersebut dimana gravitasi masih ada, sedangkan Al-Qur’an sudah menjelaskan gambaran kehancuran/kiamat sesuai dengan yang dirumuskan secara ilmiah oleh ilmuwan saat sekarang.
Rasulullah Muhammad SAW menerima Wahyu (Al-Qur’an) dari Allah SWT Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Perencana. Berdasarkan sudut pandang ilmu pengetahuan fisika, peristiwa kiamat itu berkaitan dengan thabi’ah dan hikmah gravitasi. Jika kita perbandingkan peristiwa tersebut dengan analisa fisika dari aspek kognitif (C) sudah pada pemikiran tingkatan evaluasi dan tidak pada taraf berfikir rendah lagi seperti; Ingatan(C1), Pemahaman (C2) atau Aplikasi (C3) tetapi sudah pada tingkat pemikiran yang tinggi yakni tingkat Analisa (C4), Sintesa (C5), Evaluasi (C6) artinya : jika Allah SWT berkehendak kiamat maka gravitasi saat itu tidak ada lagi. Sedangkan Rasulullah Muhammad SAW itu bukanlah seorang ilmuwan dan itulah tanda bahwa Al-Qur’an itu benar serta bukti mukjizat Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT Yang Maha Pencipta, SubhanAllah.
Jadi sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad sekarang ternyata telah dinyatakan oleh Al-Qur’an dalam waktu 15 abad sebelumnya. Apabila kita tinjau sejarah perluasan dan kemajuan ilmu pengetahuan oleh ilmuwan muslim terjadi pada abad ke 6 M sampai abad ke 14 M. Pada abad ke 15 terjadi revolusi ilmu oleh barat terhadap ilmuwan muslim sebagai akibat dari akhir perang salib yang ditandai dengan jatuhnya kalifah Usmaniyah (konstatinopel/Istambul) tahun 1453 M, peristiwa ini dinamakan oleh barat dengan Renaissance (ensiklopedi sejarah renaissance).
Masih banyak isyarat dan hikmah dalam Al-Qur’an yang berhubungan dengan Fisika. Pembahasan lebih lanjut tentang fisika dalam Al-Qur’an, dapat dilihat pada penjelasan ayat-ayat berikut; dituliskan dalam bentuk (Al-Quran.Surat. nomor surat ; nomor ayat)
Fisika alam semesta : (Q.S.2;22), (Q.S.3;190,191), (Q.S.39;5,9), (Q.S.10;101), (Q.S.12;105), (Q.S.13;2), (Q.S.21;30,33), (Q.S.31;20), (Q.S.35;28,35), (Q.S.37;6), (Q.S.45;13), (Q.S.50;6-11), (Q.S.51;47), (Q.S.73;14), (Q.S.79;28), (Q.S. 81;1-29), (Q.S.82;1-19), (Q.S.84;1-25), (Q.S.88;1-26), (Q.S.99;1-8), (Q.S.101;1-11)
Fisika antariksa, Bintang: (Q.S.2;29,189), (Q.S.3;190,191), (Q.S.5;75), (Q.S.6;97), (Q.S.10;5,101), (Q.S.15;16,17,18), (Q.S.39;6), (Q.S.17;12), (Q.S.20;114), (Q.S.21;30,33), (Q.S.52;35,36), (Q.S.79;27,28), (Q.S.23;14,17), (Q.S.26;210-212), (Q.S.76;2), (Q.S.27;64), (Q.S.30;50), (Q.S.36;37-40), (Q.S.37;6-10), (Q.S.44;7), (Q.S.53;46), (Q.S.67;3-5), (Q.S.72;8,9), (Q.S.75;37), (Q.S.77;20), (Q.S.85;1-3,9), (Q.S.86;1-3,11), (Q.S.87;1-2), (Q.S.96;1-5)
Fisika fluida, kelautan : (Q.S.2;50,164), (Q.S.5;96), (Q.S.6;59,63,97), (Q.S.7;138,163), (Q.S.10;22,90), (Q.S.14;32), (Q.S.16;14), (Q.S.17;66,67,70), (Q.S.18;61-63,79109), (Q.S.20;77), (Q.S.22;65), (Q.S.24;40), (Q.S.26;63), (Q.S.25;53), (Q.S.27;61-63), (Q.S.30;41) (Q.S.31;27,31), (Q.S.35;12), (Q.S.42;32-34), (Q.S.43;12,13), (Q.S.44;24), (Q.S.45;12), (Q.S.52;6), (Q.S.55;19,20,24), (Q.S.81;6), (Q.S.82;3)
Fisika waktu, cahaya, Siang & malam : (Q.S.2;28,185,189,194), (Q.S.3;27), (Q.S.4;40), (Q.S.5;2,97), (Q.S.6;96), (Q.S.7;143), (Q.S.9;26,36,38,51), (Q.S.10;5,24,61), (Q.S.13;2), (Q.S.15;19), (Q.S.17;1), (Q.S.22;47), (Q.S.25;62), (Q.S.27;88), (Q.S.28;71-72), (Q.S,37;5), (Q.S.32;5,11), (Q.S.36;37,39,40), (Q.S.39;5), (Q.S.56;85), (Q.S.70;4,40), (Q.S.89;1-4), (Q.S.91;1-4), (Q.S.92;1-2), (Q.S.93;1-2), (Q.S.99;7,8), (Q.S.100;1-4), (Q.S.103;1-3)
Fisika Atmosfere, angin, awan, hujan : (Q.S.2;164,266), (Q.S.3;117), (Q.S.6;99), (Q.S.7;57), (Q.S.10;22), (Q.S.13;12,17), (Q.S,14;18), (Q.S.15;22), (Q.S.16;10), (Q.S.17;68,69), (Q.S.18;45), (Q.S.21;81,104), (Q.S.22;31), (Q.S.23;18), (Q.S.24;40,43), (Q.S.25;48,53), (Q.S.27;63,58,88), (Q.S.30;46-51), (Q.S.31;34), (Q.S.32;27), (Q.S.33;9), (Q.S.34;12), (Q.S.35;9,12), (Q.S.36;37), (Q.S.39;21), (Q.S.42;28,33), (Q.S.45;5), (Q.S.46;24-25), (Q.S.51;7,41-42,47), (Q.S.52;44), (Q.S.53;1), (Q.S.54;19-20), (Q.S.56;68-69), (Q.S.69;6-7), (Q.S.71;15), (Q.S.72;8), (Q.S.86;1-4,11)
Fisika bumi & Gunung : (Q.S.2;22), (Q.S.7;74), (Q.S.10;24), (Q.S.11;43), (Q.S.13;2,3), (Q.S.15;19,82), (Q.S.16;15,81), (Q.S.18;47), (Q.S.19;90), (Q.S.20;53,105-107), (Q.S.21;30,31,79), (Q.S.22;18,65), (Q.S.25;62), (Q.S.26;63,149,150), (Q.S.27;61,88), (Q.S.28;71-72), (Q.S.29;40), (Q.S.30;25), (Q.S.31;10), (Q.S.33;72), (Q.S.34;2,9,10), (Q.S.35;27,41), (Q.S.36;37,40), (Q.S.37;5), (Q.S.38;18,19), (Q.S.41;10), (Q.S.50;744, (Q.S.52;10), (Q.S.56;5-6), (Q.S.69;14), (Q.S.70;9,40), (Q.S.73;14), (Q.S.77;10,27), (Q.S.78;7,20), (Q.S.79;30,32), (Q.S.81;3), (Q.S.88;19), (Q.S.95;2), (Q.S.99;1-2), (Q.S.101;5)
Penjelasan dan pemilihan tentang nomor surat dan nomor ayat dalam Al-Qur’an ini, disesuaikan dengan makna dan hikmah fisika yang terdapat dalam beberapa terjemahan dan tafsir Al-Qur’an oleh Ulama Islam. Semua terjemahan dan tafsir Al-Qur’an tersebut telah mendapat legalitas dari Departemen Agama Republik Indonesia.
1.4.Tanda-tanda kebesaran Allah SWT Melalui Hikmah dan Thabi’ah Gravitasi
Dari uraian sebelumnya, penulis menyampaikan pesan dakwah yang diperoleh setelah mempelajari mekanika gravitasi langit dan bumi atau mekanika gravitasi alam semesta, tentang awal penciptaan, keadaan sekarang dan gambaran hari akhir (kiamat) dengan hikmah-hikmahnya. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan Hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.(Q.S.An-Nahl 125). Allah menganugerahkan Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi Hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.(Q.S. Al-Baqarah: 269) |
Kata hikmah dengan segala bentuknya dalam Al-Qur’an berjumlah 208 kali tersebar dalam beberapa surat. Menurut Prof.Dr. Mahmud Yunus, dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (1973)”: Al-Hikmah merupakan kemampuan dan ketepatan dalam mempelajari dan memahami kebenaran berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ulama tafsir sepakat menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Hikmah adalah pengetahuan, pemahaman dan penerimaan yang luas dan benar dalam agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah Muhammad SAW.
Bagi kita orang Fisika, kemampuan dan ketepatan dalam mempelajari dan memahami kebenaran fisis alam semesta (langit dan bumi) berdasarkan penjelasan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena saintis fisika tidak memiliki keahlian tentang ilmu tafsir dan ilmu hadits, maka dalam mempelajari thabi’ah dan hikmah mekanika gravitasi langit dan bumi ini berpedoman kepada terjemahan dan tafsir Al-Qur’an serta Hadist (As-Sunnah) oleh Ulama-ulama besar Islam.
Dalam Al-Qur’an Surat .Al-Anbiyaa : 30 dinyatakan tentang Big bang dan air :
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan antara keduanya; dan dari air Kami (Allah) jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S.Al-Anbiyaa: 30)
Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT telah menciptakan jagat raya dari ketiadaan. Big Bang (teori ledakan besar) adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah, melalui satelit astronomi ke ruang angkasa dengan dibekali alat : (COBE) Cosmic Background Emission Explorer tahun 2005. Begitu juga air, dari air dijadikan segala sesuatu yang hidup dan diciptakan dengan thabi’ah anomali yang dikenal dengan anomali air. Sedangkan hal ini kemudian baru terbukti bahwa semua yang hidup perlu air pada abad 21. Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah teori tandingan guna menentangnya, namun akhirnya bukti-bukti ilmiah malah menjadikan teori Big Bang dan teori anomali air diterima secara penuh oleh ilmuwan serta masyarakat ilmiah.
Banyak hal yang dapat kita pelajari tentang thabi’ah dan hikmah gravitasi yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Pada saat Al Qur’an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, bahkan milyaran tahun cahaya, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa dipenuhi lintasan dan garis edar.
Telah banyak bukti yang menyatakan bahwa Al-Qur’an memiliki informasi-informasi yang bisa menjadi landasan bagi kita untuk memahami realitas alam semesta (langit dan bumi). Alam semesta sedang mengalami gerak meluas atau mengembang ke segala arah . Hikmah pengembangan alam semesta itu diciptakan oleh Allah SWT supaya tidak lenyap melalui mekanisme keseimbangan. Dimensi Fisika yang memiliki peran besar dalam interaksi materi untuk keseimbangan alam adalah : Gravitasi
Awal penciptaan alam semesta (Big Bang) yang mengambarkan keterkaitan gravitasi, waktu dan air. Kemudian alam meluas yang dibuktikan dengan bintang-bintang bergerak menjauh melalui perekaman pergeseran spektrum biru ke arah spektrum merah karena gravitasi melemah akibat bintang-bintang mengkonversi massa menjadi energi. Gravitasi juga membentuk pola garis edar masing-masing benda langit termasuk garis edar bumi, bulan dan matahari untuk waktu-waktu tertentu. Melalui tata koordinat benda langit (Horizon, Ekuator dan Ekliptika) dapat merumuskan waktu. Waktu tersebut dipakai untuk menentukan waktu dalam ibadah, bahkan dalam ibadah Sholat juga terkait waktu, air dan gravitasi, seperti menentukan awal masuk waktu sholat, air untuk bersuci dan berwuduk serta pengaruh gravitasi terhadap kerja jantung untuk memompakan darah dalam gerakan sholat yaitu saat posisi badan berdiri, rukuk dan sujud.
Pengaruh gravitasi pada gerakan sholat dapat membantu kerja jantung untuk memompakan darah keseluruh tubuh. Pada saat badan berdiri posisi kepala lebih tinggi dari jantung maka kerja jantung cukup berat untuk memompakan darah ke kepala dibandingkan saat posisi rukuk maupun sujud. Pada saat badan rukuk posisi jantung sama tinggi dengan kepala sehingga kerja jantung agak berkurang apalagi ketika sujud dimana posisi jantung justru lebih tinggi dari posisi kepala sehingga lebih memudahkan kerja jantung untuk memompakan darah ke kepala. Jadi saat sujud merupakan saat yang lebih nyaman kita rasakan dalam sholat.
Hikmahnya saat sujud kerja jantung lebih ringan namun suplai darah ke otak (kepala) lebih optimal. Saat sujud kita mengagungkan Allah SWT Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Saat sujud kita merendahkan kepala sampai ke lantai tempat sujud, hal ini juga mengandung hikmah bahwa ilmu di kepala manusia itu sangat rendah dan sangat sedikit sekali sehingga manusia perlu menghambakan diri kepada Allah SWT serta tidak berlaku sombong di muka bumi ini apalagi terhadap Allah SWT Yang Maha Besar lagi Maha Pencipta.
Gravitasi juga eksis pada gambaran akhir alam semesta yang dijelaskan bahwa manusia dan gunung berterbangan, bintang-bintang berjatuhan, hal ini berarti juga terkait gravitasi dimana gravitasi tidak ada lagi. Hikmah dari semuanya tersebut adalah: Alam semesta diciptakan Allah SWT dengan suatu perencanaan yang sempurna dan Sunatullah(ketetapan) yang sangat teliti melalui thabi’ah/keteraturannya. Jadi Islam dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, sangat jelas dan nyata sekali keterkaitan kebenaran ilmu dengan amal ibadahnya.
Secara garis besar keterkaitan gravitasi-waktu-air dan ibadah dalam Islam tergambar dalam bagan berikut :
Gambar 1.6 : Hikmah gravitasi pada air,waktu dan gerak dalam Ibadah Sholat
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa : keteraturan alam semesta : gravitasi, waktu, air terkait dengan pelaksanaan ibadah dalam Islam. Semua hal tersebut sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an. SubhanAllah sungguh Maha Benar Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dengan keteraturan yang sempurna, memerintahkan untuk beribadah kepadaNYA juga terkait dengan keteraturan yang telah diciptakanNYA.
1.5.Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan thabi’ah dan hikmah mekanika gravitasi alam semesta (langit dan bumi) di atas dapat kita ketahui bahwa : Satu-satunya agama yaitu Islam, dimana dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT, ada kaitan dengan (memanfaatkan) keteraturan alam semesta (Langit dan Bumi) yang telah diciptakanNYA.
Allah SWT Menciptakan Langit dan Bumi dengan keteraturan yang juga terkait dengan pelaksanaan Ibadah ( gravitasi, Air, garis edar, waktu ) | |
Allah SWT dalam Al-Qur’an menyatakan : |
“Dialah (Allah SWT) yang telah mengutus Rasul-Nya (Muhammad SAW) dengan membawa ilmu dan amal, untuk dimenangkan-Nya atas segala agama lain, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai” (Q.S. At-Taubah:33).
Hikmah : “Satu-satunya agama yaitu Islam, dimana dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT ada kaitan dengan keteraturan alam semesta (Langit dan Bumi) yang telah diciptakanNYA” . Keteraturan tersebut contohnya : waktu,air,gravitasi dalam pelaksanaan ibadah Sholat (dengan gravitasi garis edar matahari,bulan dan bumi menjadi teratur sehingga dapat menentukan dan menghitung waktu sholat dan dengan Air digunakan untuk berwuduk sebelum sholat serta dalam gerakan sholat ada gerakan berdiri, rukuk dan sujud yang semuanya itu ada pengaruh gravitasi pada kerja jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh). SubhanAllah…Allahuakbar….Maha Besar Allah SWT dengan segala ciptaanNya
1.6.Harapan
Penjelasan tentang hikmah Gravitasi pada awal sampai akhir penciptaan alam semesta, Gravitasi berperan pada garis edar, sedangkan garis edar berhubungan dengan waktu dan waktupun erat kaitannya dengan pelaksanaan ibadah. (Letmi Dwiridal, 2018 :“Hubungan Hikmah mekanika gravitasi dengan Ibadah dalam Islam”, Materi ceramah yang penulis sampaikan pada acara Mubarokh yang dihadiri oleh seluruh civitas akademik Universitas di Mesjid Raya Al-Azhar, Universitas Negeri Padang).
Allah SWT mencipta langit dan bumi dengan keteraturan serta rancangan yang sangat sempurna. Gravitasi sangat eksis dalam keteraturan alam semesta (langit dan bumi), bahkan juga terkait dalam pelaksanaan ibadah. Semuanya itu telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Hal tersebut merupakan bukti bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk dan sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang berfikir. Hikmahnya mari kita membayangkan bahwa jika suatu hari nanti Allah SWT berkehendak : gravitasi langit dan bumi dimatikan atau dihilangkan dan tiba-tiba tidak ada gaya gravitasi di bumi dan di langit, hal ini akan berubah menjadi hari yang sangat buruk dan itulah gambaran terjadinya kiamat (kehancuran alam semesta), SubhanAllah.
Fisikawan sangat memahami secara sains bahwa gravitasi merupakan konsekuensi yang paling utama pada alam semesta, kejadian serta akhir alam semesta ini sangat erat hubungannya dengan gravitasi. Sangat ironis sekali apabila kita perhatikan hampir semua buku bacaan fisika di sekolah bertuliskan gambar dan cerita tentang konsep awal gravitasi dengan jatuhnya buah apel. Ceritanya Newton sebelum menuliskan gravitasi, duduk bermenung dibawah pohon apel kemudian apel jatuh di kepalanya. Dengan menyaksikan peristiwa tersebut, Newton seolah-olah mendapat inspirasi tentang gravitasi. Pada hal cerita fiktif ini merupakan rekayasa oleh Voltaire pada abad ke 18 (www.academia.edu/ 25 alasan kenapa Newton tidak penemu gravitasi). Sedangkan Al-Qur’an telah lebih dahulu (paling awal) menjelaskan gravitasi seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Sangat relevan dengan Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) nomor : VII tahun 2005 bahwa, Pertama : mengingatkan kita sebagai umat Islam maupun sebagai warga Negara bahwa sekulerisasi, Pluralisasi dan liberalisasi adalah Haram. Jadi harapannya umat Islam janganlah sampai terpengaruh oleh sekulerisasi, Pluralisasi dan liberalisasi yang berkedok ilmu/beraroma akademik tapi menyesatkan. Kedua; masalah besar umat sekarang ini adalah masalah ilmu yang berawal dari kelemahan umat dalam memahami Islamic worldview (wawasan pemikiran)”. Jadi hal inilah yang merupakan problem yang sangat fundamental dalam kancah pemikiran umat Islam saat ini, yang perlu kita perjuangkan bersama sebagai kewajiban beramar ma’ruf nahyi munkar, InsyaAllah.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Qur’an dan As-Sunnah
- Prof. Dr. Mahmud Yunus, (1969) dan (1973), Al-Qur’an dan Terjemahannya (Tafsir Al-Qur’an al karim) oleh Jakarta, PT Hidakarya Agung
- Departemen Agama Republik Indonesia, (1999), Al-Qur’an dan Terjemahannya , Al Mubin, Semarang
- Departemen Agama Republik Indonesia, (2007), Syaamil Al-Qur’an (terjemahan perkata), Mushaf Al-Qur’an , Jakarta.
- Muslich Shabir, (2004), Terjemah Riyadhus Shalihin, , Jilid 1 dan 2, Semarang,
- Fisika/Geofisika/Astrofisika
- Atam P. Arya, (1990), An Introduction to Classical Mechanics, Prentice Hall.
- Dwiridal,Letmi, (2017), Hikmah mekanika gravitasi, Prosiding Seminar Nasional Bidang Fisika, Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat BKS PTN (Sumatera, Jawa, Kalimantan), ISBN : 978-602-50593-08.
- Dwiridal,Letmi, (2013), Analisis parameter elastisitas batuan gempabumi Sumatera tahun 1995-2010, Prosiding Seminar Nasional bidang Fisika, Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat BKS PTN (Sumatera, Jawa, Kalimantan), ISBN : 978-602-98559-2-0.
- Dwiridal, Letmi (2012), Analisis parameter elastisitas batuan dengan metoda Wadati untuk data gempabumi 1995-2005, jurnal Eksakta Volume 1 tahun XIII, Februari 2012, Universitas Negeri Padang, ISSN 1411-3724
- Dwiridal,Letmi (2018) :“Memahami Hikmah mekanika gravitasi Langit dan bumi dengan Ibadah dalam Islam”, Materi ceramah yang penulis sampaikan pada acara Mubarokh yang dihadiri oleh seluruh civitas akademik Universitas di Mesjid Raya Al-Azhar, Universitas Negeri Padang.
- Halliday dan Resnick, (1991), Fisika Jilid I, Terjemahan, dan Young, Hugh D. & Freedman, Roger A, (2002), Fisika Universitas (terjemahan), Erlangga, Jakarta.
- Hamid, F.Z. (2008), Liberalisasi Pemikiran Islam ,123 pages Published August 2008 by Center For Islamic And Occidental Studies (CIOS), direktur Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization, Jakarta).
- Giancoli, D.C, (1984). General Physic. Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.
- Keith R. Symon, (1980), Mechanics, Addison Wesley.
- Grant R. Fowles, (1986), Analytical Mechanics, Saunders College Publishing.
- Ibrahim,Subardjo, (2000), Seismologi, BMKG Jakarta.
- Lilie,Borman,(1999), Introduction to seismology, McGraw-Hill, International New York, AS.
- Roy,A and Clarke,D, (2006), Astronomy Principles and Practice 4 th Edition, Institute of Physics, Publishing Bristol and Philadelphia.
- Inglis,Mike, (2007), Astrophysics is easy, An Introduction for The Amateur Astronomer, Pringer-Verlag, London.
- Jones, Barrie, (2007), Discovering The Solar System, Second Edition, John Willey & Son, England.
- Karttunen,H and Kroger,P, (2008), Fundamental Astronomy, Heidelberg, New York.
- Swihart, T,L, (1968), Astrophysics and Stellar Astronomy, John Willey & Sons, New York.
- Sutantyo, Winardi, (1984), Astrofisika mengenal bintang, Departemen Astronomi, Boscha, ITB Bandung
- Trianta, Alexander,(2000), Mekanika, Quality for Undergraduate Education (QUE), Project Departement of Physics Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Institut Teknologi Bandung.